Download Movie Tata Cara Ruqyah Yang Benar
Ruqyah bukan pengobatan alternatif. Justru seharusnya menjadi pilihan
pertama pengobatan tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai
sarana penyembuhan, ruqyah tidak boleh diremehkan keberadaannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya
meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para
nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa
menangkis setan-setan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah
dan RasulNya”.
Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap
kaum Muslimin semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat
melakukan ruqyah tidak menyimpang dari kaidah syar’i.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat
Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca
dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit.
Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun.
Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah.
Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih
berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang
sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik
yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang
dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah.
Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya,
dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya
tentang tiupan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia
menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air
ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau
tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana
dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia
meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al
Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku
menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia
seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al
Fathu Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak
masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.
Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُوْا الزَيْتَ وَ ادَّهِنُوا بِهِ فَإنَهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَة
“Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal
dari tumbuhan yang penuh berkah”.
9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits
‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang
mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. [HR
Muslim, Syarah An Nawawi (14/180].
Imam An Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk
mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak
riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku himpun dalam kitab Al
Adzkar”. Dan menurut Syaikh Al ‘Utsaimin berkata, tindakan yang
dilakukan sebagian orang saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan
orang yang sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya,
(maka) tidak ada dasarnya sama sekali.
10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat
yang dikeluhkan seraya mengatakan بِسْمِ اله (Bismillah, 3 kali).
أعُوذُ بِاله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ
“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang
aku jumpai dan aku takuti”.[3]
Dalam riwayat lain disebutkan “Dalam setiap usapan”. Doa tersebut
diulangi sampai tujuh kali.
Atau membaca :
بِسْمِ اله أعُوذُ بِعزَِّةِ اله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ مِنْ وَجْعِيْ هَذَا
“Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaanNya dari setiap
kejelekan yang aku jumpai dari rasa sakitku ini”.[4]
Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua
telapak tangan dan mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya.[5]
11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau
tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam
hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al
Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau
telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak
untukmu, tetapi kayu bakar habis. Aku pun keluar untuk mencarinya.
Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling menimpa lenganmu. Maka
aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata: “Kupertaruhkan engkau dengan
ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib”. Beliau
meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya
membaca doa:
أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau
Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang
tidak meninggalkan penyakit”.
Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali tanganmu telah sembuh”.
12. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak
jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara
mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘laihi wa sallam meruqyah
orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah,
dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan
mendudukkannya di hadapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salla,m . Maka
aku mendengar Beliau membentenginya (ta’widz) dengan surat Al Fatihah”.[7]
Apakah ruqyah hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang disebutkan
dalam nash atau penyakit secara umum? Dalam hadits-hadits yang
membicarakan terapi ruqyah, penyakit yang disinggung adalah pengaruh
mata yang jahat (‘ain), penyebaran bisa racun (humah) dan penyakit
namlah (humah). Berkaitan dengan masalah ini, Imam An Nawawi berkata
dalam Syarah Shahih Muslim: “Maksudnya, ruqyah bukan berarti hanya
dibolehkan pada tiga penyakit tersebut. Namun maksudnya bahwa Beliau
ditanya tentang tiga hal itu, dan Beliau membolehkannya. Andai ditanya
tentang yang lain, maka akan mengizinkannya pula. Sebab Beliau sudah
memberi isyarat buat selain mereka, dan Beliau pun pernah meruqyah untuk
selain tiga keluhan tadi”. (Shahih Muslim, 14/185, kitab As Salam, bab
Istihbab Ar Ruqyah Minal ‘Ain Wan Namlah).
Demikian sekilas cara ruqyah. Mudah-mudahan bermanfaat. (Red).
Maraji` :
1. Risalatun Fi Ahkami Ar Ruqa Wa At Tamaim Wa Shifatu Ar Ruqyah Asy
Syar’iyyah, karya Abu Mu’adz Muhammad bin Ibrahim. Dikoreksi Syaikh
Abdullah bin Abdur Rahman Jibrin.
2. Kaifa Tu’aliju Maridhaka Bi Ar Ruqyah Asy Syar’iyyah, karya Abdullah
bin Muhammad As Sadhan, Pengantar Syaikh Abdullah Al Mani’, Dr Abdullah
Jibrin, Dr. Nashir Al ‘Aql dan Dr. Muhammad Al Khumayyis, Cet X, Rabi’ul
Akhir, Tahun 1426H.
pertama pengobatan tatkala seorang muslim tertimpa penyakit. Sebagai
sarana penyembuhan, ruqyah tidak boleh diremehkan keberadaannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan: “Sesungguhnya
meruqyah termasuk amalan yang utama. Meruqyah termasuk kebiasaan para
nabi dan orang-orang shalih. Para nabi dan orang shalih senantiasa
menangkis setan-setan dari anak Adam dengan apa yang diperintahkan Allah
dan RasulNya”.
Karena demikian pentingnya penyembuhan dengan ruqyah ini, maka setiap
kaum Muslimin semestinya mengetahui tata cara yang benar, agar saat
melakukan ruqyah tidak menyimpang dari kaidah syar’i.
Tata cara meruqyah adalah sebagai berikut:
1. Keyakinan bahwa kesembuhan datang hanya dari Allah.
2. Ruqyah harus dengan Al Qur’an, hadits atau dengan nama dan sifat
Allah, dengan bahasa Arab atau bahasa yang dapat dipahami.
3. Mengikhlaskan niat dan menghadapkan diri kepada Allah saat membaca
dan berdoa.
4. Membaca Surat Al Fatihah dan meniup anggota tubuh yang sakit.
Demikian juga membaca surat Al Falaq, An Naas, Al Ikhlash, Al Kafirun.
Dan seluruh Al Qur’an, pada dasarnya dapat digunakan untuk meruqyah.
Akan tetapi ayat-ayat yang disebutkan dalil-dalilnya, tentu akan lebih
berpengaruh.
5. Menghayati makna yang terkandung dalam bacaan Al Qur’an dan doa yang
sedang dibaca.
6. Orang yang meruqyah hendaknya memperdengarkan bacaan ruqyahnya, baik
yang berupa ayat Al Qur’an maupun doa-doa dari Nabi Shallallahu ‘alaihi
wa sallam. Supaya penderita belajar dan merasa nyaman bahwa ruqyah yang
dibacakan sesuai dengan syariat.
7. Meniup pada tubuh orang yang sakit di tengah-tengah pembacaan ruqyah.
Masalah ini, menurut Syaikh Al Utsaimin mengandung kelonggaran. Caranya,
dengan tiupan yang lembut tanpa keluar air ludah. ‘Aisyah pernah ditanya
tentang tiupan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam meruqyah. Ia
menjawab: “Seperti tiupan orang yang makan kismis, tidak ada air
ludahnya (yang keluar)”. (HR Muslim, kitab As Salam, 14/182). Atau
tiupan tersebut disertai keluarnya sedikit air ludah sebagaimana
dijelaskan dalam hadits ‘Alaqah bin Shahhar As Salithi, tatkala ia
meruqyah seseorang yang gila, ia mengatakan: “Maka aku membacakan Al
Fatihah padanya selama tiga hari, pagi dan sore. Setiap kali aku
menyelesaikannya, aku kumpulkan air liurku dan aku ludahkan. Dia
seolah-olah lepas dari sebuah ikatan”. [HR Abu Dawud, 4/3901 dan Al
Fathu Ar Rabbani, 17/184].
8. Jika meniupkan ke dalam media yang berisi air atau lainnya, tidak
masalah. Untuk media yang paling baik ditiup adalah minyak zaitun.
Disebutkan dalam hadits Malik bin Rabi’ah, bahwa Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
كُلُوْا الزَيْتَ وَ ادَّهِنُوا بِهِ فَإنَهُ مِنْ شَجَرَةٍ مُبَارَكَة
“Makanlah minyak zaitun , dan olesi tubuh dengannya. Sebab ia berasal
dari tumbuhan yang penuh berkah”.
9. Mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan. Ini berdasarkan hadits
‘Aisyah, ia berkata: “Rasulullah, tatkala dihadapkan pada seseorang yang
mengeluh kesakitan, Beliau mengusapnya dengan tangan kanan…”. [HR
Muslim, Syarah An Nawawi (14/180].
Imam An Nawawi berkata: “Dalam hadits ini terdapat anjuran untuk
mengusap orang yang sakit dengan tangan kanan dan mendoakannya. Banyak
riwayat yang shahih tentang itu yang telah aku himpun dalam kitab Al
Adzkar”. Dan menurut Syaikh Al ‘Utsaimin berkata, tindakan yang
dilakukan sebagian orang saat meruqyah dengan memegangi telapak tangan
orang yang sakit atau anggota tubuh tertentu untuk dibacakan kepadanya,
(maka) tidak ada dasarnya sama sekali.
10. Bagi orang yang meruqyah diri sendiri, letakkan tangan di tempat
yang dikeluhkan seraya mengatakan بِسْمِ اله (Bismillah, 3 kali).
أعُوذُ بِاله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ وَ أحَاذِرُ
“Aku berlindung kepada Allah dan kekuasaanNya dari setiap kejelekan yang
aku jumpai dan aku takuti”.[3]
Dalam riwayat lain disebutkan “Dalam setiap usapan”. Doa tersebut
diulangi sampai tujuh kali.
Atau membaca :
بِسْمِ اله أعُوذُ بِعزَِّةِ اله وَ قُدْرَتِهِ مِنْ شَر مَا أجِدُ مِنْ وَجْعِيْ هَذَا
“Aku berlindung kepada keperkasaan Allah dan kekuasaanNya dari setiap
kejelekan yang aku jumpai dari rasa sakitku ini”.[4]
Apabila rasa sakit terdapat di seluruh tubuh, caranya dengan meniup dua
telapak tangan dan mengusapkan ke wajah si sakit dengan keduanya.[5]
11. Bila penyakit terdapat di salah satu bagian tubuh, kepala, kaki atau
tangan misalnya, maka dibacakan pada tempat tersebut. Disebutkan dalam
hadits Muhammad bin Hathib Al Jumahi dari ibunya, Ummu Jamil binti Al
Jalal, ia berkata: Aku datang bersamamu dari Habasyah. Tatkala engkau
telah sampai di Madinah semalam atau dua malam, aku hendak memasak
untukmu, tetapi kayu bakar habis. Aku pun keluar untuk mencarinya.
Kemudian bejana tersentuh tanganku dan berguling menimpa lenganmu. Maka
aku membawamu ke hadapan Nabi. Aku berkata: “Kupertaruhkan engkau dengan
ayah dan ibuku, wahai Rasulullah, ini Muhammad bin Hathib”. Beliau
meludah di mulutmu dan mengusap kepalamu serta mendoakanmu. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam masih meludahi kedua tanganmu seraya
membaca doa:
أَذْهِبْ الْبَأْسَ رَبَّ النَّاسِ وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا
“Hilangkan penyakit ini wahai Penguasa manusia. Sembuhkanlah, Engkau
Maha Penyembuh. Tidak ada kesembuhan kecuali penyembuhanMu, obat yang
tidak meninggalkan penyakit”.
Dia (Ummu Jamil) berkata: “Tidaklah aku berdiri bersamamu dari sisi
Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, kecuali tanganmu telah sembuh”.
12. Apabila penyakit berada di sekujur badan, atau lokasinya tidak
jelas, seperti gila, dada sempit atau keluhan pada mata, maka cara
mengobatinya dengan membacakan ruqyah di hadapan penderita. Dalam sebuah
riwayat disebutkan bahwa Nabi Shallallahu ‘laihi wa sallam meruqyah
orang yang mengeluhkan rasa sakit. Disebutkan dalam riwayat Ibnu Majah,
dari Ubay bin K’ab , ia berkata: “Dia bergegas untuk membawanya dan
mendudukkannya di hadapan Beliau Shallallahu ‘alaihi wa salla,m . Maka
aku mendengar Beliau membentenginya (ta’widz) dengan surat Al Fatihah”.[7]
Apakah ruqyah hanya berlaku untuk penyakit-penyakit yang disebutkan
dalam nash atau penyakit secara umum? Dalam hadits-hadits yang
membicarakan terapi ruqyah, penyakit yang disinggung adalah pengaruh
mata yang jahat (‘ain), penyebaran bisa racun (humah) dan penyakit
namlah (humah). Berkaitan dengan masalah ini, Imam An Nawawi berkata
dalam Syarah Shahih Muslim: “Maksudnya, ruqyah bukan berarti hanya
dibolehkan pada tiga penyakit tersebut. Namun maksudnya bahwa Beliau
ditanya tentang tiga hal itu, dan Beliau membolehkannya. Andai ditanya
tentang yang lain, maka akan mengizinkannya pula. Sebab Beliau sudah
memberi isyarat buat selain mereka, dan Beliau pun pernah meruqyah untuk
selain tiga keluhan tadi”. (Shahih Muslim, 14/185, kitab As Salam, bab
Istihbab Ar Ruqyah Minal ‘Ain Wan Namlah).
Demikian sekilas cara ruqyah. Mudah-mudahan bermanfaat. (Red).
Maraji` :
1. Risalatun Fi Ahkami Ar Ruqa Wa At Tamaim Wa Shifatu Ar Ruqyah Asy
Syar’iyyah, karya Abu Mu’adz Muhammad bin Ibrahim. Dikoreksi Syaikh
Abdullah bin Abdur Rahman Jibrin.
2. Kaifa Tu’aliju Maridhaka Bi Ar Ruqyah Asy Syar’iyyah, karya Abdullah
bin Muhammad As Sadhan, Pengantar Syaikh Abdullah Al Mani’, Dr Abdullah
Jibrin, Dr. Nashir Al ‘Aql dan Dr. Muhammad Al Khumayyis, Cet X, Rabi’ul
Akhir, Tahun 1426H.
0 Response to "Download Movie Tata Cara Ruqyah Yang Benar"
Posting Komentar